Rabu, 05 Juni 2013

"Tekke, cah kae kentir! Tali sepatu di nggo sabuk, koyo wong edan." Ya, itu tadi sebuah umpatan dalam bahasa Jawa-Semarang dan merupakan penilaian skeptis secara umum yang keluar dari setiap orang, karena di anggap tidak normal atau di anggap bukan sebuah kebiasaan umum, dimana ujungnya adalah bukan budaya yang di lakukan orang kebanyakan. Mungkin salah satu dari kalian pernah sesekali melihat atau termasuk orang yang pernah dan masih melakukan hal ini, mengenakan sabuk sebagai ikat pinggang? Lalu pernahkan kalian bertanya dari mana hal ini berasal? Saat ini kita sedang mencari tahu, dari mana sebenarnya asal sub-budaya tali sepatu digunakan sebagai sabuk untuk mengencangkan celana entah jeans atau celana pendek. Hasil pencarian dari berbagai sumber akhirnya berbuahkan titik cerah. Masyarakat yang pertama kali melakukan hal ini adalah kelompok skateboarder, alasan mereka melakukannya adalah bukan karena fashion, melainkan lebih sesuatu yang fungsional dan alasan yang rasional serta fungsi fashion sebagai bonus di akhir. Mereka menggunakan tali sepatu sebagai ikat pinggang lebih karena faktor fungsional bukan style, yang terjadi adalah sangat tidak nyaman saat melakukan pop atau bending down sambil mengenakan sebuah benda yang benar-benar sabuk secara umum apalagi terbuat dari kulit. Disisi lain mereka juga tidak men-judge secara keseluruhan bahwa semua ikat pinggang akan berakhir dengan hal yang sama yaitu ketidak nyamanan, beberapa dari ikat pinggang umum memang ada yang nyaman saat di gunakan melakukan trik, tapi kenyamanannya tidak bisa tergantikan di bandingkan dengan tali sepatu yang di jadikan ikat pinggang. Dari kelompok kecil ini, akhirnya tali sepatu yang di jadikan ikat pinggang menjadi sebuah fenomena dunia, baik dunia fashion dan juga menginspirasikan scene lain seperti BMX, rollerblade, Snowboard, FMX, fixie, street fashion, musik dll atas dasar alasan pertama adalah kenyamanan dan kedua fashion. Tambahan info, seorang Rapper yang bernama WizKhalifa dengan lagunya yang terkenal yaitu Black and Yellow juga melakukan subkultur ini. Jadi kesimpulan dari kita adalah Function and fashion melted down become one as subculture, especially as street youth subculture. Pada akhirnya benda ini juga menjadi salah satu media alternatif bagi seniman untuk berkarya menuangkan seni mereka pada sebuah tali sepatu yang kemudian digunakan sebagai ikat pinggang. We would like to say thanks for those who has made this subculture happened and still run it. Secara personal, saya juga pernah memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan dengan sebuah benda yang "benar-benar ikat pinggang" saat melakukan trik dengan sepeda BMX, hal yang sama yaitu tidak nyaman ketika melakukan bunny-hop, dan yang paling males adalah ketika bails ikat pinggang kalian akan rusak karena nggrasuk pada entah aspalt atau lantai paving, jadi pikir dua kali untuk mengenakan benda yang bernama "Real-belt" saat melakukan trik dengan sepeda BMX mu, khususnya tentang kenyamanan, style dan fashion. (NDA20)